Rabu, 31 Maret 2010

Milik Tuhan

Kita hanya batang-batang lemah dandelion di ladang jagung milik Tuhan, semudah hembusan angin maka kita akan berhamburan kemana-mana, sementara jagung-jagung hanya akan melambai pelan.

Kita hanya genangan-genangan kotor di hari hujan milik Tuhan, bergolak hebat dihantam tetesan-tetesan kecil, semudah angin merobek awan untuk menumpahkan air dari lazuardi.

Kita hanya batang kapur rapuh di papan tulis milik Tuhan, ketika tangan-Nya bergerak dan menggerus kita pelan untuk menuliskan putusan. Semudah angin melenyapkan serpihan-serpihan kapur yang halus dan membawanya menghilang.

Kita hanya memainkan peran sederhana kita di lelucon milik Tuhan, tak ada balasan atas kepatuhan, tak ada jaminan kebahagiaan, semudah angin berhembus: tak menentu.

(Ketika batas kepasrahaan dan keputusasaan semakin kabur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar