Mata itu bara panas yang siap melubangi hamparan tikar. Ya, tikar anyaman yang saling jalin dan tumpang dengan erat hanyalah pecundang di mata sepanas bara api.
Mata itu tombak beracun yang siap membusukkan hamparan tikar. Ya, tikar anyaman yang dicipta dari dedaunan segar nan hijau akan mengering kecokelatan di ujung tombak berlumur bisa.
Mata itu cakar buas yang siap mengoyak hamparan tikar. Ya, hamparan tikar yang dipadu dalam keselarasan dan tunduk untuk bertumpang tindih akan tercerai di kuku tajam yang mengkilat.
Mata itu tatapan iblis yang siap menyesatkan hamparan tikar. Ya, hamparan tikar yang rapi itu akan kumal dalam tatapan penuh dengki dan ketakutan.
Waspadalah terhadap mata itu, mata yang tak akan bisa dikalahkan dengan gada besi sebagai kendali tempo dulu. Mata yang tercipta dari semburat dasar bumi dan melolongkan kedengkian dan kesakitan kepada siapa saja yang berusaha menundukkan pandangan mengerikannya.
Mata itu hanya bisa ditundukkan dengan lisan selicin baja yang siap meleburnya seperti tembaga cair untuk dibentuk sesuai kemauan. Mata itu bisa ditundukkan untuk berhenti memandangi anyaman tikar rapuh yang teronggok di rerumputan dengan mengatup lisan untuk selamanya.
Tikar anyaman hanya akan teronggok di sana dan ketahuilah, pandangan itu hanya akan mampu menunduk, tak akan pernah terpejam.
(Obituari atas keretakan yang tak terucap)
Minggu, 21 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar