Selasa, 23 Maret 2010

Kata Orang

Kata orang menjadi kaya itu menyimpan tiap keping logam dalam kurun masa. Tiap gemerincing logam yang bergesek menggema di pundi-pundi tanah liat. Tiada yang terbuang, tak ada yang percuma, tiap gemerincing adalah berharga di mata waktu.

Kata orang menjadi pintar itu menelan lembaran kertas penuh tinta dalam periode. Tiap tetesan tinta yang ditoreh menimbulkan bunyi-bunyi gemerisik yang membosankan. Tetap tiada yang terbuang, tak ada yang sia-sia, tiap sendawa kenyang dari kertas yang disantap adalah kepastian sebuah kepandaian.

"Kami menabung.'"
"Kami menyicil tiap tetesan airmata rekan kami, kami menyicil tiap helai rupiah yang dibasuh darah ayah dan ibu kami, kami menyicil kesakitan saudara kami, dan kami berhutang pada nyawa yang melayang dalam putusan dari dewan yang kami diyakinkan telah arif dan bijaksana serta mulia dalam tiap sabdanya."

Kata orang... Manusia itu perpaduan kepintaran dan kepandaian, menjadi cerdik lagi terhormat. Kata orang, mereka belajar bahwa menjadi manusia itu menggunakan hati, bukan gumpalan otak semata. Kata orang keluhuran dan perjuangan itu dipandang dan diakui.

"Kami menabung."
"Kami menyisihkan tiap teriakan serak dari saudara kami di seberang pulau, kami menyisihkan kesabaran terhadap saudara-saudara kami yang tersisih di ujung sana, berbagi duka dan kengerian bersama, menjadikannya simfoni penuh kritik dan dukungan pahit."

Kata orang menjadi pintar itu keharusan. Tiap tangga yang ditapaki untuk bangsa ini adalah kewajiban kami, lagi-lagi kata orang.

Kata orang, ini hanya tentang kami, tiap berkatnya adalah buah kami dan orang, tiap kutuknya adalah milik kami.

(Sebuah keprihatinan terhadap pelaksanaan Ujian Akhir Nasional di Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar